Kamis, 20 April 2017

TUGAS BUDIDAYA ANEKA TERNAK UNGGAS (REVIEW JURNAL)

TUGAS
BUDIDAYA ANEKA TERNAK UNGGAS
REVIEW JURNAL

EFEK DARI SPRAY-DRIED BOVINE SERUM DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERFORMANS KALKUN

“Impact of spray-dried bovine serum and environment
on turkey performance








Disusun oleh :

                                                Nama              : Fauzia Salsabila
                                                NIM                : 23010114120023
                                                Kelas               : B - Peternakan









PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016




EFEK DARI SPRAY-DRIED BOVINE SERUM DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERFORMANS KALKUN

Protein fungsional termasuk immuloglobulins, albumin, faktor pertumbuhan, dan peptida biologis aktif terkandung pada spray dried plasma. Protein ini memiliki manfaat yang lebih besar ketika ternak terkena gangguan dari lingkungan atau daya tahan tubuhnya (imunologi). Babi yang memakan SDP memiliki efisiensi dan tingkat pertumbuhan yang tinggi saat tinggal di lingkungan yang lebih kotor daripada babi yang tinggal di lingkungan yang bersih. Penambahan SDP untuk air minum sebagai metode alternatif untuk memberikan protein fungsional selama periode stress ketika asupan pakan dikurangi. Pemindahan fibrin dari hasil plasma di serum dapat meningkatkan kelarutan protein. Adanya fibrinogen di dalam plasma dapat mengurangi kelarutan dengan berinteraksi dengan mineral dalam air, yang dapat membentuk gumpalan dan memblokir aliran air. Interaksi dari SDP melalui air minum dan lingkungan belum dilaporkan pada kalkun. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari serum spray-dried yang diberikan melalui air minum terhadap performans kalkun yang bertempat di 2 lingkungan yang berbeda yaitu floor pens (lantai pen) dengan alas/litter baru dan floor pens dengan litter yang sedang dipakai.
Penelitian dua percobaan selama 28 hari dilakukan dengan menggunakan 280 dan 224 kalkun Hybrid dalam percobaan 1 (7 poults per pen, 10 pen per perlakuan) dan percobaan 2 (7 poults per pen, 8 pen per perlakuan) masing-masing. Kalkun yang digunakan dalam percobaan sesuai dengan pedoman yang diterbitkan (FASS, 1999). Kalkun hybrid (umur 1 hari) secara acak menerima 1 dari 4 perlakuan eksperimental. Perlakuan masing-masing adalah menggunakan air keran (25°C) dicampur dengan 0; 0,45; 0,90, dan 1,35% (wt/wt) Innavax. Innavax merupakan produk serum yang larut dalam air yang mengandung serum sapi. Serum diproduksi dari darah sapi dikumpulkan di abbattoirs USDA untuk diperiksa. Darah dimaasukkan kedalam wadah stainless steel, disentrifugasi supaya plasma terpisah dari sel-sel darah, dengan suhu dingin (5 °C), dan kemudian diangkut ke tempat pengolahan untuk produksi serum. Fibrin dipisahkan dari plasma dengan menambahkan kelebihan Ca untuk memulai pembentukan gumpalan, disentrifugasi untuk menghasilkan serum, dan kemudian disemprot kering untuk menghasilkan bubuk cokelat muda. Semprot-kering serum (SDP) sapi dicampur dengan bahan lain (laktosa, asam sitrat, lesitin, propilen glikol, dan minyak mineral) yang digunakan sebagai pengolahan dan pencampuran untuk menghasilkan INX. Dari umur 0- 3 hari, pakan diberikan secara ad libitum di nampan (729 cm2) diikuti dengan menggantung aliran gravitasi feeders. Kandang terdiri dari kalkun (7 per pen) di lantai pena (56 × 122 cm) yang bersih atau baru (percobaan 1) atau digunakan (percobaan 2) serutan kayu lunak sebagai alas (tinggi 10cm).  Lampu pemanas dipertahankan suhu pada tingkat burung dari 32-35 °C ; 29-32 °C ; 27-29°C dan 24-27 °C untuk minggu ke-1, 2, 3, dan 4, masing-masing. Kalkun dipelihara dengan 23 jam cahaya dan 1 jam gelap (tanpa cahaya). Pakan dan Inx sampel dikumpulkan setiap minggu dan disimpan pada -20 ° C sebelum analisis untuk kelembaban, CP, abu, pH (Inx saja), ekstrak eter (hanya pakan), dan dipilih mineral (hanya pakan) secara komersial laboratorium. Bobot badan dan pakan serta intake air dihitung setiap hari untuk setiap pen. Efisiensi pakan dihitung untuk memperhitungkan bahan kering, asupan dari pakan dan air. Data dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)  menggunakan prosedur model linier umum SAS software. Pen adalah unit eksperimental, dan penempatan dalam ruang adalah kriteria pemblokiran. kontras orthogonal digunakan untuk menentukan hubungan linear dan kuadrat antara perlakuan. Kuadrat berarti dianggap signifikan berbeda jika P <0,10.

Dalam percobaan 1, respon bobot badan harian rata-rata (ADG), intake air, dan efisiensi pakan terjadi (P <0,05) pada minggu pertama dengan meningkatnya tingkat Inx. Selama minggu kedua dan ketiga, respon kuadrat dalam intake air terjadi (P <0,05) dengan 0,90% Inx mengakibatkan asupan puncak. Pada minggu keempat, ADG meningkat kuadratik (P <0,05) dengan peningkatan Inx. Secara keseluruhan untuk periode 4-minggu, ADG dan asupan air meningkat secara kuadratik (P <0,05) dengan peningkatan Inx untuk maksimum pada 0.90%. Dalam percobaan 2, asupan air dan ADG ​​meningkat secara linear (P <0,05) pada minggu pertama. Efisiensi pakan tidak terpengaruh (P> 0,05) dengan perlakuan eksperimental selama minggu pertama namun meningkat secara linear (P <0,05) dari hari ke 8-14 dan hari ke 15-21. Respon pertumbuhan Inx dipengaruhi oleh lingkungan. Sebuah respon pertumbuhan yang lebih besar dari kalkun untuk Inx diamati ketika kalkun bertempat di lantai pena dengan alas serutan kayu lunak digunakan dibandingkan lantai pena dengan alas yang bersih atau baru.

TUGAS MANAJEMEN TERNAK PERAH (REVIEW JURNAL)

TUGAS
MANAJEMEN TERNAK PERAH
REVIEW JURNAL

PENGARUH MELOXICAM PADA PRODUKSI SUSU, PERILAKU,
DAN ASUPAN PAKAN PADA SAPI PERAH DIIKUTI MEMBANTU DALAM KELAHIRAN

“Effects of meloxicam on milk production, behavior,
and feed intake in dairy cows following assisted calving”







Disusun oleh :

                                                Nama              : Fauzia Salsabila
                                                NIM                : 23010114120023
                                                Kelas               : A - Peternakan









PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Manajemen Ternak Perah ini dengan lancar tanpa suatu halangan apapun.
            Kami menyadari pembuatan tugas ini tidak lepas dari peran dosen mata kuliah, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sri Agus Bambang S., M.Si  selaku dosen mata kuliah Manajemen Ternak Perah yang telah memberikan pengarahan pada proses pembuatan tugas ini.
            Penulis menyadari dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kesan sempurna baik dari materi maupun penulisannya. Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam laporan ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang,       November 2016

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

Partus merupakan kebutuhan untuk produksi susu dan berperan dalam membantu calving. Kelahiran merupakan kejadian yang menyakitkan mengarah ke peradangan. Persentase distosia lebih tinggi di Amerika Utara (> 10%) dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia (<5%), dan, tanpa memperhatikan negara, persentasenya jauh lebih tinggi pada hewan primipara (primiparous). Kasus distosia yang parah (misalnya, kasus yang membutuhkan traksi berat dipaksa untuk mendorong keluar pedet, koreksi malposisi, atau operasi caesar) dikaitkan dengan penurunan kelangsungan hidup pedet dan mengurangi tingkat kesuburan dan bertahan hidup. Distosia berdampak negatif pada performans sapi perah FH awal laktasi, pada puncak produksi yang mengalami penurunan sebesar 0,39, 2,2, 2,2, dan 2,5 kg untuk paritas 1 sampai 4. Distosia merupakan faktor resiko metritis serta keputihan purulen. Dalam kuesioner untuk dokter hewan ternak di Inggris, estimasi median dari nyeri distosia adalah 7 dari 10. Enam puluh enam persen dari responden menunjukkan menggunakan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dalam beberapa kasus distosia. Dalam sebuah survei pada penggunaan analgesik antara dokter hewan Kanada pada tahun 2004-2005, rata-rata perkiraan tingkat nyeri adalah 5,3 dari 10. Tiga puluh empat persen dari dokter hewan yang tersedia analgesik untuk beberapa atau semua kasus distosia. Meskipun pengakuan jelas bahwa distosia menyakitkan, sedikit yang diketahui tentang efek dari rasa sakit akibat kesulitan atau bantuan melahirkan pada produksi atau kesehatan, atau tentang efek dari NSAID untuk mengobati distosia. Selain itu, ada kekurangan data pada pendekatan untuk mengontrol rasa sakit ini dengan menggunakan obat-obatan. Sejauh yang kita tahu, ini adalah studi pertama untuk mengevaluasi manfaat jangka pendek pengobatan NSAID untuk distosia, meskipun penggunaan relatif umum dari NSAID oleh dokter hewan. Konsumsi cairan ketuban oleh sapi itu terbukti memberikan beberapa efek analgesik dari opioid endogen.



BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Meloxicam subkutan 24 jam setelah partus gagal membantu sapi Holstein untuk memperbaiki DMI atau produksi susu selama 14 DIM pertama. Pengobatan dengan NSAID telah terbukti mampu meningkatkan DMI pada pedet diikuti dengan dehorning atau pengobatan diare. Pedet diobati dengan meloxicam diikuti dengan dehorning yang memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi lebih banyak pakan pada hari ke-1 dibanding hari ke-0 dengan pedet perlakuan kontrol. Meloxicam diperlakukan pada pedet untuk perkembangan pengobatan diare dan setelah usia  10 hari memiliki peluang yang lebih besar untuk mengkonsumsi semua susu yang dianjurkan dibandingkan dengan perlakuan plasebo pada usia yang sama dengan diare. Selanjutnya, pedet yang diobati dengan meloxicam mulai mengkonsumsi ransum lebih awal dibandingkan dengan pedet perlakuan plasebo. Di sisi lain, meloxicam tidak memiliki pengaruh pada DMI ketika diberikan pada sapi pejantan yang telah dikastrasi pada program penggemukan. Keputusan untuk mengobati pada 24 jam dilakukan untuk memastikan bahwa meloxicam tidak akan mengganggu respon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi rahim untuk merusak selaput janin. Potensi membran janin tetap menggunakan NSAID adalah alasan utama untuk menunggu 24 jam sebelum memberikan pengobatan. NSAID bertindak atas siklooksigenase enzim COX-1 dan COX-2, yang pada gilirannya memediasi produksi prostaglandin. NSAID memiliki afinitas yang berbeda untuk COX-1 dan COX-2, dan mekanisme yang tepat dari NSAID pada membran janin tetap belum ditentukan. Namun, 24-jam keterlambatan pengobatan mungkin mempengaruhi pada kurangnya efek pengobatan dalam penelitian ini. Mengingat bahwa proses pemisahan plasenta biasanya memakan waktu kurang dari 6 jam maka untuk kedepannya harus mempertimbangkan pemberian meloxicam lebih cepat (misalnya, segera diberikan setelah melahirkan) untuk memeriksa resiko membran janin dipertahankan dan kemampuan untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan. Sapi yang menerima meloxicam menghabiskan waktu lebih banyak palungan pada hari setelah pengobatan, meskipun DMI tidak berbeda dalam 24 jam setelah injeksi. Meningkatnya jumlah konsumsi pakan dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk makan pada 24 jam pertama setelah melahirkan pada sapi perlakuan meloxicam menunjukkan bahwa pemberian NSAID ini dapat mengurangi sakit setelah melahirkan. Sama halnya dengan pedet yang diberikan meloxicam secara signifikan lebih banyak menghabiskan waktu tidur dengan 1 kaki pada hari ke-2 dan 5 dibandingkan dengan pedet perlakuan control. Dampak positif potensi meloxicam pada perubahan perilaku telah menunjukkan bahwa sapi yang lumpuh di padang rumput ketika merumput membutuhkan waktu yang lebih pendek kemudian berbaring kembali dibandingkan sapi yang tidak lumpuh. Peningkatan DMI pada sapi perah harus meningkatkan produksi susu, seperti asupan pakan dan produksi lainnya yang terkait erat serta berpotensi mengurangi risiko penyakit. Sapi yang diberi meloxicam menghabiskan waktu lebih banyak untuk berbaring namun lebih sering untuk mengkonsumsi pakan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki pengaruh dari pemberian NSAID dalam jangka panjang, atau dosis yang lebih tinggi dari NSAID. Pada perilaku makan, kembali ke perilaku makan yang lebih normal dapat meningkatkan kesehatan rumen dengan pakan yang berukuran lebih kecil dan lebih sering. Penelitian ini dilakukan di lingkungan non-kompetitif untuk sapi, di mana mereka memiliki akses untuk tidur dan pakan mereka sendiri. Dalam penelitian ini, kurangnya pengaruh meloxicam pada DMI, produksi susu, parameter darah, atau berbaring, perilaku berbaring saat melahirkan dapat disebabkan karena cukup lemah, peradangan atau rasa sakit atau karena durasi efek dari rejimen meloxicam yang digunakan dalam penelitian itu terlalu pendek. Sebaliknya, perbedaan perilaku makan menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dan penyelidikan lebih lanjut dari strategi pengobatan anti-inflamasi dibenarkan.



BAB III
KESIMPULAN

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengaruh meloxicam pada DMI, produksi susu, parameter darah, atau berbaring, perilaku berbaring saat melahirkan dapat disebabkan karena cukup lemah, peradangan atau rasa sakit atau karena durasi efek dari rejimen meloxicam yang digunakan dalam penelitian itu terlalu pendek. Sebaliknya, perbedaan perilaku makan menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dan penyelidikan lebih lanjut dari strategi pengobatan anti-inflamasi dibenarkan.


LAPORAN PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN

MAKALAH RANCANGAN PERCOBAAN
LABORATORIUM II
RANCANGAN ACAK KELOMPOK






Disusun oleh :
                                                                  KELOMPOK : IVA
                      Martina Dwi Aprillia                23010114120004
                      Rengganis Widya P                   23010114120016
                      Fauzia Salsabila                         23010114120023
                      Naila Auliya Rahma                  23010114120033
                      Fajriyatul Musyafaah               23010114120043
                      Rizki Hawari Askari                 23010114140197





PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016




BAB I
PENDAHULUAN
Rancangan Acak kelompok (RAK) dapat juga disebut Rancangan Block Random Lengkap (RBRL) yang merupakan rancangan dengan satu variabel bloking. Munculnya variable bloking disebabkan oleh kondisi dilapangan yang heterogen. Heterogenitas ini memungkinkan terjadinya perubahan kondisi dalam eksperimen yang dapat mempengaruhi variable respon. Heterogenitas tersebut selanjutnya dibloking atau dilakukan kontrol lokal terhadap keberagaman tersebut. Local control dimaksudkan untuk mengelompokkan variabel sampingan selain perlakuan sehingga variabel relatif homogen. Pengklasifikasian dilakukan secara lengkap menjadi suatu kelompok tertentu. Bloking diamksudkan untuk mereduksi variansi yang dimungkinkan muncul akibat heterogenitas yang terjadi.
Rancangan Acak Kelompok (RAK) merupakan rancangan two-way ANOVA untuk mengetahui pengaruh utama yaitu pengaruh perlakuan dan pengaruh variabel sampingan, yaitu pengaruh variabel blok tanpa interaksi dalam rancangan. Jadi dalam Rancangan Acak Kelompok terdapat dua faktor yang diselidiki, yaitu perlakuan utama dan variabel bloknya.
Dalam Rancangan Acak Kelompok, satu unit dikenakan pada setiap bloknya secara lengkap tiap perlakuan. Adapun urutan unit-unit yang dikenakan pada setiap blok ini dilakukan secara random. Oleh karena itu, Rancangan Acak kelompok disebut Rancangan Blok Random Lengkap.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Rancangan Acak Kelompok

Rancangan Acak Kelompok (RAK) merupakan rancangan percobaan yang digunakan pada kondisi tempat atau materi percobaan yang heterogen, jika peneliti menghadapi tempat percobaan yang tidak homogen, maka dipakai prinsip pengawasan setempat (local control), artinya tempat percobaan harus dikelompokkan menjadi bagian-bagian yang relative homogen (Sastrosupadi, 2007). Pada Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdapat dua faktor yang harus diselidiki, yaitu perlakuan utama dan variabel bloknya (Pramesti, 2011).

2.2.      Denah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

            Pada Rancangan Acak Kelompok (RAK) dilakukan pengklasifikasian secara lengkap menjadi suatu kelompok atau blok tertentu (Pramesti, 2011). Prosedur pembuatan denah RAK, yaitu tempat percobaan dibagi kedalam blok, banyaknya blok sama dengan banyaknya ulangan. Selanjutnya, blok dibagi kedalam petak atau plot, banyaknya petak dalam tiap blok sama dengan banyaknya perlakuan yang dicoba. Kemudian, penempatan perlakuan yang dicoba ke dalam petak pada setiap blok dilakuakn secara acak atau random (Sastrosupadi, 2007)

2.3. Model Linier

            Model linier yang digunakan dalam rancangan acak kelompok adalah model aditif  diamana setiap respon mewakili kombinasi aditif  dari perlakuan dan efek kelompok (Quinn dan Keough, 2002).
Yij = μ + αi + βj + εij (Pramesti, 2011)
Keterangan:
Yij = respon hasil perlakuan ke-I ulangan ke-j
μ = nilai tengah umum
αi = pengaruh aditif perlakuan ke-i
βj = pengaruh aditif kelompok ke-j
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j

2.4. Hipotesis Statistik

            Hipotesis pertama dari rancangan acak kelompok adalah H0P perlakuan dimana nilai pengaruh aditif perlakuan bernilai 0 yang berarti tidak ada pengaruh yang disebabkan oleh perlakuan, sedangkan H0B kelompok dimana pengaruh aditif kelompok bernilai 0 yang berarti tidak adanya pengaruh aditif kelompok pada materi percobaan (Quinn dan Keough, 2002). Hipotesis kedua dari rancangan acak kelompok adalah H1P dimana ada perlakuan yang memberi pengaruh secara signifikan terhadap materi percobaan, sedangkan H1B menyatakan ada blok yang memberi pengaruh terhadap variable respon (Pramesti, 2011).

2.3.      Analisis Ragam

            Analisis ragam dalam rancangan acak kelompok terdiri dari 3 sumber ragam yaitu perlakuan, kelompok dan galat (Quinn dan Keough, 2002). Analisis ragam pada rancangan acak kelompok akan menghasilkan F hitung perlakuan dan kelompok (Ott dan Longnecker, 2010).

2.4.      Penarikan Kesimpulan

            Penarikan kesimpulan dari analisis ragam dengan melihat nilai F hitung baik dari perlakuan maupun kelompok dan membandingkan dengan nilai F tabel (Pramesti, 2011). Penarikan kesimpulan dapat berupa adanya pengaruh perlakuan jika nilai F hitung menunjukkan signifikan atau sangat signifikan dan tidak adanya pengaruh perlakuan jika F hitung menunjukkan tidak signifikan (Quinn dan Keough, 2002).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh perlakuan jenis ransum yang diberikan terhadap bobot akhir kelinci. Berikut adalah data yang diperoleh dari penelitian
Perlakuan
Bobot Kelinci (kg/ekor)
I
II
III
IV
A
5.113   
5.398
5.307   
4.678
B
5.346   
5.952
4.719   
4.264
C
5.272   
5.713
5.483   
4.749
D
5.164   
4.831
4.986
4.410
E
4.804   
4.848
4.432
4.748
F
5.254   
4.542
4.919
4.098

A.                 Buatlah denah percobaan !
B.                 Buatlah model liniernya !
C.                 Buatlah hipotesis statistiknya !
D.                 Hitung ANOVA dan CV !
E.                  Tulis kesimpulannya !
Penyelesaian
Denah Percobaan
I
T1
T2
T3
T4
T5
T6
II
T4
T3
T1
T5
T2
T6
III
T3
T5
T6
T4
T1
T2
IV
T2
T6
T4
T1
T3
T5




Model Liniear Aditif
Yij     = µ+ Ï„i + βj + εij    ;    i = (1,2,...,6)
                                           j = (1,2,3,4)

Keterangan: 

Yij     = bobot akhir kelinci yang memperoleh perlakuan ransum ke-i pada                                 kelompok ke-j
µ       = nilai tengah umum (rata-rata populasi) bobot akhir kelinci  
Ï„i       = pengaruh aditif perlakuan ransum ke-i
βj      = pengaruh aditif kelompok ke-j
εij     = perlakuan galat percobaan dari perlakuan ransum ke-i pada kelompok ke-j

Hipotesis Statistik
A.    H0 : Ï„i = 0 ; tidak ada pengaruh perlakuan jenis ransum terhadap bobot akhir kelinci
B.     H1 = minimal ada satu Ï„i ≠ 0 ; minimal ada satu perlakuan jenis ransum yang mempengaruhi bobot akhir kelinci


Perhitungan Anova dan CV

Perlakuan
Bobot Kelinci (kg/ekor)
Total
Rataan
I
II
III
IV
A
5.113   
5.398
5.307   
4.678
20.496
5.124
B
5.346   
5.952
4.719   
4.264
20.281
5.070
C
5.272   
5.713
5.483   
4.749
21.217
5.304
D
5.164   
4.831
4.986
4.410
19.391
4.848
E
4.804   
4.848
4.432
4.748
18.832
4.708
F
5.254   
4.542
4.919
4.098
18.813
4.708


db total      = (rt) – 1 = (4x6) – 1 = 23
db perlakuan     = (t-1) = 6 – 1 = 5
db kelompok      = (r-1) = (4-1) = 3
db galat     = (r-1)(t-1) = (3)(5) = 15
db galat      = db total – db perlakuan – db kelompok = 23 – 5 – 3 = 15

FK                   =  G2 /n= 119.030)2 /(4)(6)
= 590.339.204

JK (X)             = ∑ Xi2 – FK
            = { (5.113)2 + (5.398)2 +... +(4.098)2} – 590.339.204
                        = 4.801.068
JK (R)             = (∑Rj2 )/ t  - FK
= ((30.9532 ) ++ (26.947)2)/6 – 590.339.204
            = 1.944.361
JK (T)              = ∑Ti2/r  - FK
                        =(20.496)2+
+(18.813)2 /4  – 590.339.204
                        = 1.198.331
JK (G)             = JK (X) – JK (T)- JK (R)
                        = 4.801.068 – 1.1944.331 – 1.944.361
                        = 1.658.376
KT (Kelompok)           = JK (R) /r-1 
                                    = 1.944.361 /4-1 
                                    = 648.120
KT (Perlakuan)            = JK (T) /t-1 
                                    = 1.198.331 /6-1 
                                    = 239.666
KT Galat                     = JK (G)/(r-1)(t-1) 
                                    = 1.658.376 /(3)(5) 
F hit                             = KT (Perlakuan) /KT (Galat) 
= 239.666 /110.558 
                                    = 2,17

f1 = 5 dan f2 = 15 akan bernilai 2,90 (5%) dan 4,56 (1%)

Sumber Keragaman
db
JK
KT
F Hit
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
1.944.361
648.120
2,17ns
2,90
4,56
Perlakuan
5
1.198.331
239.666
Galat
15
1.658.376
110.558



Total
23
4.801.068






Kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh perlakuan jenis ransum terhadap bobot badan kelinci.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1.      Simpulan
            Rancangan acak kelompok memiliki kelebihan dengan dapat digunakannya materi percobaan yang heterogen dan tetap menghasilkan analisa yang valid, perlakuan diatur dalam masing-masing kelompok, pengacakan dilakukan dalam masing-masing kelompok dan kebanyakan dilakukan untuk penelitian di lapangan.

4.2.      Saran
            Sebaiknya asisten menjelaskan materi terlebih dahulu kepada praktikan sebelum praktikan membuat makalah praktikum agar praktikan dapat lebih memahami isi makalah yang dibuat.



DAFTAR PUSTAKA

Ott, R. P. dan M. T. Longnecker. 2010. An Introduction to Statistical Method and Data Analysis. Belmont: Brooks/Cole.

Pramesti, G. 2011. SPSS 18.0 dalam Rancangan Percobaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


Quinn, G. P. dan M. J. Keough. 2002. Experimental and Design and Data Analysis for Biologist. Cambridge University Press: Cambridge
Sastrosupadi, A. 2007. Rancangan Percobaan Praktir Bidang Pertanian. Yogyakarta: KANISIUS.